Kerbau sedang berkubang di kolam lumpur |
Kerbau
menghasilkan lebih dari sepuluh persen dari total produksi susu dunia selama
beberapa tahun, tetapi potensi kerbau ini jarang dihargai atau diakui. Salah
satu sebab utama terjadinya keadaan seperti ini adalah orang yang memelihara
kerbau umumnya miskin dan kurang mampu, dan tidak dapat memperkirakan dampak
kerbau ini terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan mereka.
Kata “kerbau”
membangkitkan respons yang beragam di Amerika Utara, sebagian besar Eropa, dan
di banyak bagian lain dunia di mana kerbau tidak pernah dianggap sebagai
spesies hewan ternak. Kerbau dianggap sebagai hewan kebun binatang atau binatang
buas. Namun, kerbau merupakan salah satu yang paling jinak dari spesies hewan
ternak perah, yang terlihat jelas di India dan anak benua di mana anak-anak
kecil sudah biasa menangani kawanan besar kerbau.
Seiring
perjalanan waktu, tempat pemeliharaan kerbau telah bergeser dari halaman
belakang ke peternakan komersial dan perusahaan besar. Produk susu dan daging
kerbau yang sangat terkenal telah memastikan bahwa produksi kerbau telah
mengikuti jejak peternakan sapi perah. Namun, agar kerbau dapat bekerja secara
optimal di bawah tekanan sistem produksi yang intensif, trah kerbau harus
diperbaiki dengan fokus yang jelas pada hasil yang diinginkan. Hal ini belum
terjadi. Kerbau, meskipun berpotensi sangat besar dalam produksi susu dan
daging, masih merana dalam kondisi suram berupa nutrisi, pembiakan, manajemen,
dan kesejahteraan yang kurang memadai.
Hewan ini
disebut kerbau air karena naluri alaminya yang suka berkubang di kolam air dan
kolam berlumpur.
Sumber: Thomas, C.S. 2008. Efficient Dairy Buffalo Production. Tumba: DeLaval International AB.
Hipyan Nopri, S.Pd.
Penerjemah Agrobisnis Inggris-Indonesia
Juga Melayani Penerjemahan Dokumen Keuangan,
Kedokteran, Kimia, Pertanian, Peternakan, dll.
Medan 20122, Sumatera Utara
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.