Sepasang Kambing Kacang Bujang dan Dara

Google
 

20 June 2022

Pengantar Produksi Kerbau Perah: Pemuliaan untuk Meningkatkan Produksi Susu

Heritabilitas pembagian susu pada ambing sudah stabil selama beberapa puluh tahun dan kerbau perah telah dimuliakan agar menghasilkan fraksi sisterna yang lebih besar, ukuran puting yang lebih kecil, dan laju aliran susu yang tinggi (Johansson dkk., 1952). 

Seleksi lebih lanjut diperkirakan dapat dilakukan pada kapasitas penyimpanan ambing kerbau perah. Kerbau perah diseleksi agar lebih sering menghasilkan susu, agar sesuai dengan perkembangan terbaru dalam pemerahan susu otomatis di kawasan lain seperti Eropa.

Di sejumlah negara seperti Australia dan Selandia Baru yang kerbaunya dilepas di padang rumput, kerbau diseleksi agar menghasilkan kapasitas penyimpanan ambing yang lebih besar dan interval produksi susu yang lebih lama (Knight, 2001). 

Meskipun kerbau di India telah diseleksi pada karakteristik produksi susunya, seleksi karakteristik produksi susu ini belum dilakukan dari perspektif pemerahan susu menggunakan mesin. Selain itu, terbatasnya penerapan teknik pemuliaan canggih seperti inseminasi buatan telah menghambat proses perbaikan trah kerbau (Sastry, 1983).

Perubahan dalam pemuliaan, pemberian pakan, dan cara pemeliharaan dapat menghasilkan perbaikan penting dalam kinerja produksi dan reproduksi kerbau (Sastry, 1983). Target yang jelas tetapi terabaikan adalah meneliti mengapa beranak pertama terjadi begitu lambat pada kerbau. 

Perhatian yang cermat sejak lahir hingga saat kerbau dara mencapai ukuran tubuh yang dapat dikawinkan dapat mengurangi usia beranak pertama hingga enam sampai sembilan bulan (Sastry dan Tripathi, 1988). 

Telah terbukti bahwa pemberian pakan yang seimbang dapat membuat kerbau dara mulai mengalami siklus birahi ketika kerbau dara mencapai berat badan 330 kg. Ada juga kasus di mana kerbau dara sudah melahirkan pada usia 20 hingga 24 bulan (Ganguli, 1981).

Interval beranak pada kerbau dipengaruhi oleh periode birahi yang tidak teratur dan birahi senyap serta beberapa ketidakteraturan hormon reproduksi dan kebermusiman reproduksi (reproductive seasonality). Selain itu, ada juga perkawinan musiman pada kerbau karena berkurangnya aktivitas seksual pada masa antara bulan Maret sampai Juni (Ganguli, 1981). 

Meskipun kerbau dianggap sebagai hewan ternak yang hanya kawin pada musim tertentu, ada pula penelitian yang melaporkan bahwa kerbau dapat berkembang biak sepanjang tahun jika manajemen reproduksinya baik (Rao dan Nagarcenkar, 1977; Sastry dan Tripathi, 1988). 

Dengan demikian, faktor manajemen penting yang perlu dipertimbangkan dalam meningkatkan produksi susu adalah mengelola status gizi menjelang beranak, kebersihan sebelum dan setelah beranak, manajemen pemerahan susu kerbau yang baik, pemberian pakan yang seimbang, deteksi birahi dan inseminasi buatan, mengelola stres kerbau akibat panas, dan memperbaiki kandang (Ganguli, 1981; Sastry, 1983).

Kerbau dianggap sebagai hewan ternak yang hanya kawin pada musim tertentu. Namun, ini tidak sepenuhnya benar karena kerbau adalah hewan ternak poliestral dan dapat berkembang biak sepanjang tahun. Reputasi kerbau sebagai ternak yang susah kawin disebabkan kerentanan alaminya terhadap stres lingkungan, yang menyebabkan anestrus dan sub-estrus. 

Keadaan ini menyebabkan masa antar-beranak yang lama, yang mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar bagi industri susu kerbau. Kerentanan terhadap stres panas juga memengaruhi asupan pakan dan pada gilirannya berpengaruh pada keseimbangan nutrisi, dan ini juga menghambat efisiensi reproduksi.

Kerbau Jantan

Kerbau jantan mencapai kematangan seksual pada usia dua hingga tiga tahun. Semen diproduksi sepanjang tahun tetapi sangat dipengaruhi oleh stres panas dan pakan berkualitas rendah. Kerbau tampaknya paling subur di musim semi, yaitu pada saat volume ejakulasi dan konsentrasi sperma mencapai angka tertinggi. 

Vitalitas sperma juga jauh lebih tinggi di musim semi daripada di waktu lain dalam setahun. Nilai semua karakteristik ini mencapai angka terendah di musim panas. Stres panas mungkin menimbulkan efek negatif terhadap libido.

Kerbau Betina

Kerbau betina liar atau feral (semi liar) mencapai kematangan seksual pada usia dua hingga tiga tahun. Kerbau ternak yang dipelihara dan diberi pakan yang baik dapat mencapai pubertas lebih awal. 

Pubertas sangat dipengaruhi oleh faktor cara pemeliharaan. Ukuran lebih penting daripada usia, dan kerbau Murrah dara harus memiliki berat sekitar 325 kg saat inseminasi atau dikawinkan dan 450 hingga 500 kg pada saat beranak pertamanya. 

Usia pubertas pada kerbau adalah 36 hingga 42 bulan di India. Ini relatif lambat dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Italia, di mana usia saat beranak pertama pertama rata-rata antara 28 hingga 32 bulan (Borghese dan Mazzi, 2005).

Pubertas yang lambat pada kerbau jantan dan betina adalah hal biasa di India. Ini karena kurangnya perhatian pada anak kerbau selama masa pertumbuhannya. Kerbau berpotensi mencapai pertambahan berat 400 hingga 800 g setiap hari setelah berusia sekitar empat hingga enam bulan, dan dapat mencapai berat badan 300 hingga 450 kg yang cocok untuk dikawinkan pada usia sekitar 24 bulan. 

Namun, pada sebagian besar kerbau perah, kerbau betina baru beranak pada usia empat hingga enam tahun. Hal ini terutama disebabkan oleh pasokan pakan dan nutrisi yang tidak memadai selama fase pertumbuhan (Ranjan dan Pathak, 1992).

Siklus Reproduksi Kerbau

Siklus birahi bervariasi antara 21 hingga 29 hari tergantung trah kerbaunya. Total lama birahi biasanya 24 jam tetapi bervariasi dari 12 hingga 72 jam. Tanda birahi yang paling dapat diandalkan adalah sering buang air kecil. Tanda birahi jauh kurang jelas pada kerbau dibandingkan dengan tanda birahi pada sapi.

Banyak kerbau menunjukkan birahi hanya pada malam hari sehingga sulit dideteksi. Kerbau yang sedang menyusui mungkin mengalami sedikit penurunan produksi susu saat birahi, meskipun tidak jelas seperti pada sapi. Kerbau mungkin lebih gelisah dan sulit diperah susunya (Bhikane dan Kawitkar, 2000).

Usia saat pubertas: 36 sampai 42 bulan

Lama siklus birahi: 21 hari

Lama birahi: 12 sampai 24 jam

Waktu ovulasi: 10 sampai 14 jam setelah berakhirnya birahi

Masa kesuburan maksimal: 8 jam terakhir birahi

Masa kebuntingan: 310 hari

Masa involusi rahim: 25 sampai 35 hari

Referensi

Thomas, C. Santosh. 2008. Efficient Dairy Buffalo Production. Tumba: DeLaval International AB.

04 June 2022

Pengantar Produksi Kerbau Perah: Keterbatasan Produksi Susu Kerbau

Terbatasnya penerapan program yang sistematis untuk perbaikan trah kerbau melalui pemuliaan selektif di tingkat desa telah menjadi hambatan utama dalam pengembangan produksi kerbau. Secara umum, kerbau perah dianggap efisien jika usia saat pertama kali beranak sekitar 24 sampai 30 bulan. Interval beranak harus sekitar 12 sampai 13 bulan, dengan lama laktasi sekitar 300 hari, masa kering 60 sampai 90 hari, dan produksi susu antara 6000 sampai 7000 kg per laktasi. 

Sebagai contoh, di Swedia, rata-rata susu yang dihasilkan per kerbau perah yang tercatat adalah 8.794 kg, dengan 4,1% lemak dan 3,4% protein atau 8.939 kg ECM (energy corrected milk, susu dengan penyesuaian energi, Sjaunja dkk., 1990). Usia saat beranak pertama di antara kawanan kerbau dilaporkan sekitar 29 bulan dengan interval beranak sekitar 13,2 bulan (Asosiasi Susu Swedia, 2003).

Orang bisa berpendapat bahwa kerbau memiliki karakteristik produksi dan reproduksi spesifik-spesiesnya sendiri. Pada umumnya, kerbau biasanya berumur sekitar 40 sampai 60 bulan pada saat pertama kali beranak (Ganguli, 1981). Namun, ada indikasi bahwa karakteristik produksi dapat diperbaiki. Sebagai contoh, trah kerbau Mediterania dan kerbau rawa beranak lebih cepat daripada kerbau di anak benua India (Rao dan Nagarcenkar, 1977).

Interval beranak rata-rata kerbau India dan Pakistan berkisar antara 15 hingga 18 bulan. Periode kering dilaporkan 90 hingga 150 hari untuk trah kerbau Nili-Ravi Pakistan sementara untuk kerbau Murrah berkisar antara 60 hingga 200 hari (Wahid, 1973). Lama laktasi rata-rata berkisar antara 252 sampai 270 hari. Akibat dari faktor-faktor tersebut, maka umur produktif seekor kerbau hanya 39% dari total umurnya, dibandingkan dengan 52% pada trah kerbau perah yang dikembangkan (Ganguli, 1981; Sastry, 1983).

Di sebagian besar negara penghasil susu kerbau di Asia, hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat variasi musiman yang besar dalam perkembangbiakan dan beranak pada kerbau (Ganguli, 1981). Di India dan Pakistan, 80% kerbau beranak selama bulan Juni dan Desember, sehingga menyebabkan penurunan produksi susu dari bulan Maret hingga Juni. 

Produksi mulai meningkat pada bulan Juni, dan mencapai puncaknya sekitar bulan September – Oktober sebelum menurun lagi. Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa penurunan produksi susu di awal musim panas mungkin disebabkan oleh stres panas dan kekurangan hijauan. Badan yang gelap, kerapatan kelenjar keringat yang lebih rendah, dan kulit yang tebal menyulitkan kerbau untuk berkembang biak dalam kondisi yang sangat panas dan kering.

Kerbau telah mengembangkan mekanisme bertahan hidup untuk mencari air tempat berendam dalam keadaan seperti ini, tetapi panas atau dingin yang ekstrem secara signifikan mempengaruhi produksi susu dan efisiensi reproduksi kerbau (Sastry, 1983). Selain pengaruh iklim, pakan dan manajemen yang buruk juga mempengaruhi perkembangbiakan dan produksi kerbau.

Hipyan Nopri, S.Pd., C.S.H.

Penerjemah Inggris-Indonesia

Padang Panjang, Sumatera Barat.

Rujukan:

Thomas, C. Santosh. 2008. Efficient Dairy Buffalo Production. Tumba: DeLaval International AB.

Perlu jasa penerjemah?