Sebagai contoh, di Swedia, rata-rata susu yang
dihasilkan per kerbau perah yang tercatat adalah 8.794 kg, dengan 4,1% lemak
dan 3,4% protein atau 8.939 kg ECM (energy corrected milk, susu dengan
penyesuaian energi, Sjaunja dkk., 1990). Usia saat beranak pertama di antara
kawanan kerbau dilaporkan sekitar 29 bulan dengan interval beranak sekitar 13,2
bulan (Asosiasi Susu Swedia, 2003).
Orang bisa berpendapat bahwa kerbau memiliki
karakteristik produksi dan reproduksi spesifik-spesiesnya sendiri. Pada
umumnya, kerbau biasanya berumur sekitar 40 sampai 60 bulan pada saat pertama
kali beranak (Ganguli, 1981). Namun, ada indikasi bahwa karakteristik produksi
dapat diperbaiki. Sebagai contoh, trah kerbau Mediterania dan kerbau rawa
beranak lebih cepat daripada kerbau di anak benua India (Rao dan Nagarcenkar,
1977).
Interval beranak rata-rata kerbau India dan Pakistan
berkisar antara 15 hingga 18 bulan. Periode kering dilaporkan 90 hingga 150
hari untuk trah kerbau Nili-Ravi Pakistan sementara untuk kerbau Murrah
berkisar antara 60 hingga 200 hari (Wahid, 1973). Lama laktasi rata-rata
berkisar antara 252 sampai 270 hari. Akibat dari faktor-faktor tersebut, maka
umur produktif seekor kerbau hanya 39% dari total umurnya, dibandingkan dengan
52% pada trah kerbau perah yang dikembangkan (Ganguli, 1981; Sastry, 1983).
Di sebagian besar negara penghasil susu kerbau di Asia, hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat variasi musiman yang besar dalam perkembangbiakan dan beranak pada kerbau (Ganguli, 1981). Di India dan Pakistan, 80% kerbau beranak selama bulan Juni dan Desember, sehingga menyebabkan penurunan produksi susu dari bulan Maret hingga Juni.
Produksi
mulai meningkat pada bulan Juni, dan mencapai puncaknya sekitar bulan September
– Oktober sebelum menurun lagi. Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa penurunan
produksi susu di awal musim panas mungkin disebabkan oleh stres panas dan
kekurangan hijauan. Badan yang gelap, kerapatan kelenjar keringat yang lebih
rendah, dan kulit yang tebal menyulitkan kerbau untuk berkembang biak dalam
kondisi yang sangat panas dan kering.
Kerbau telah mengembangkan mekanisme bertahan hidup
untuk mencari air tempat berendam dalam keadaan seperti ini, tetapi panas atau
dingin yang ekstrem secara signifikan mempengaruhi produksi susu dan efisiensi
reproduksi kerbau (Sastry, 1983). Selain pengaruh iklim, pakan dan manajemen
yang buruk juga mempengaruhi perkembangbiakan dan produksi kerbau.
Hipyan Nopri, S.Pd., C.S.H.
Penerjemah Inggris-Indonesia
Padang Panjang, Sumatera Barat.
Rujukan:
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.