Sepasang Kambing Kacang Bujang dan Dara

Google
 

20 August 2022

Pengantar Produksi Kerbau Perah: Inovasi Kontemporer dalam Produksi Kerbau


Perubahan dalam pembiakan, pemberian pakan, dan manajemen dapat menghasilkan perbaikan penting dalam kinerja produksi dan reproduksi kerbau (Sastry, 1983). Target yang jelas namun terabaikan adalah mencari tahu mengapa kelahiran anak pertama terjadi pada usia yang begitu tua.

Perhatian yang cermat sejak lahir hingga saat kerbau dara mencapai ukuran tubuh yang layak kawin dapat menurunkan usia beranak pertama selama enam hingga sembilan bulan (Sastry dan Tripathi, 1988). Sudah terbukti bahwa pemberian pakan yang seimbang dapat membuat kerbau dara mulai mengalami siklus birahi ketika kerbau mencapai berat badan 330 kg. Ada juga kasus di mana kerbau betina melahirkan pada umur 20 sampai 24 bulan (Ganguli, 1981).

Interval beranak pada kerbau dipengaruhi oleh masa birahi yang tidak teratur dan birahi senyap serta beberapa laporan ketidakteraturan hormon reproduksi dan musim. Ada penelitian yang melaporkan adanya kawin musiman pada kerbau karena berkurangnya kegiatan seksual pada masa antara bulan Maret dan Juni (Ganguli, 1981).

Meskipun kerbau dianggap sebagai ternak kawin musiman, tetapi juga ada laporan penelitian bahwa kerbau dapat kawin sepanjang tahun jika manajemen reproduksinya baik (Rao dan Nagarcenkar, 1977; Sastry dan Tripathi, 1988).

Dengan demikian, faktor manajemen yang penting untuk dipertimbangkan dalam meningkatkan produksi susu adalah mengelola status gizi pedet, kebersihan sebelum dan sesudah melahirkan, manajemen pemerahan yang baik, pemberian pakan yang seimbang, deteksi birahi dan inseminasi buatan, mengelola stres panas dan memperbaiki kandang (Ganguli, 1981; Sastry, 1983).

Pada artikel selanjutnya, beberapa aspek praktis yang berkaitan dengan peningkatan produksi kerbau perah akan dibahas secara lebih terperinci.

Hipyan Nopri, S.Pd., C.S.H.

Penerjemah Pertanian dan Peternakan

Padang Panjang, Sumatera Barat

Referensi:

Thomas, C. Santosh. 2008. Efficient Dairy Buffalo Production. Tumba: DeLaval International AB.


08 July 2022

PENILAIAN RISIKO CEPAT: Penularan Penyakit Mulut dan Kuku ke Orang yang Berkunjung ke Daerah yang Terjangkit PMK

Joint_WHO2


Sumber, tanggal, dan isi permintaan

Permintaan dari Malta, 10 Februari 2012 untuk penilaian risiko terhadap manusia, langkah pencegahan yang harus dilakukan untuk orang yang mengunjungi Libya, risiko terkait konsumsi makanan di Libya dan langkah pencegahan yang harus dilakukan ketika tiba di Malta (termasuk langkah di bea cukai).

Kesimpulan dan rekomendasi utama

Risiko penyakit Mulut dan Kuku menular ke manusia yang mengunjungi daerah yang terkena dampak sangat kecil jika konsumsi susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi atau daging yang tidak diolah dari hewan yang terinfeksi dan kontak langsung dengan hewan tersebut dihindari.

Persyaratan khusus Uni Eropa menetapkan tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko penyakit hewan, seperti yang didefinisikan dalam Peraturan Komisi (EC, The European Community, Masyarakat Eropa) No. 206/2009 tanggal 5 Maret 2009 tentang pemasukan kiriman pribadi produk yang berasal dari hewan ke kawasan Masyarakat Eropa, yang mengubah Peraturan (EC) No. 136/2004.

Pakar yang diminta pendapatnya

Pakar ECDC (The European Centre for Disease Prevention and Control, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa).

Informasi latar belakang penyakit

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh Aftovirus RNA, yang termasuk dalam famili Picornaviridae. PMK adalah yang paling menular dari semua penyakit menular pada hewan, yang paling parah menginfeksi sapi dan babi. Penyakit ini juga memengaruhi domba, kambing, rusa dan ruminansia berkuku belah lainnya. Hewan yang terinfeksi mengalami demam dan luka seperti lepuh di mulut, di puting susu, dan di sela kuku. Penularan terjadi melalui kontak langsung antara hewan yang terinfeksi dan hewan yang rentan (cairan dari lepuh, darah, air liur, susu atau kotoran); benda-benda yang tercemar - termasuk permukaan truk, tangga bongkar muat, alas kaki, pakaian, atau peralatan lainnya - dan pakan yang mengandung produk yang berasal dari hewan yang terinfeksi. Penularan melalui udara juga telah dilaporkan. Virus ini dapat bertahan hidup dalam pasteurisasi biasa, karena inaktivasi virus mengharuskan produk hewan dipanaskan hingga suhu minimum 70°C selama setidaknya 30 menit. Virus ini dapat bertahan hidup dalam pengeringan dan dapat bertahan selama berhari-hari atau berminggu-minggu dalam bahan organik dalam keadaan lembab dan sejuk.

Penyakit ini mengakibatkan penurunan produktivitas ternak dan pembatasan perdagangan internasional hewan hidup dan produk hewan [1]. PMK adalah penyakit yang tercantum dalam Kitab Hukum Kesehatan Hewan Darat Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) 2011 [2]. Menurut data statistik OIE, penyakit ini saat ini terdapat pada hewan di banyak wilayah di dunia: Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Negara dan kawasan berikut ini dianggap bebas PMK: Uni Eropa*, Kanada, Amerika Serikat, Amerika Utara dan Tengah, Australia, Selandia Baru, dan Chili.

Penyakit pada manusia

PMK pada dasarnya adalah penyakit hewan dan tidak terkait dengan penyakit pada manusia yang disebabkan oleh virus Coxsackie dan dikenal sebagai penyakit Tangan, Kaki dan Mulut.

Penyakit Kaki dan Mulut pada manusia dianggap sangat jarang [3]. Selama wabah besar PMK yang menyerang hewan di Inggris pada tahun 2001, tidak ada kasus pada manusia yang dilaporkan, meskipun ada peningkatan pengawasan untuk kasus pada manusia [4]. Penyakit pada manusia telah dilaporkan terutama sehubungan dengan konsumsi susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi, atau daging yang tidak diolah dari hewan yang terinfeksi atau sebagai akibat dari kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi (misalnya petani dan dokter hewan) [5]. Tidak ada penularan antar-individu pada manusia yang telah dilaporkan.

Masa inkubasi pada manusia dua sampai enam hari. Gejalanya sebagian besar ringan dan sembuh sendiri, yang meliputi lepuh kesemutan di tangan, kaki, dan mulut, sakit tenggorokan, serta  demam. Pemulihan biasanya terjadi dalam seminggu setelah lepuh terakhir terbentuk.

Informasi latar belakang kejadian

Dalam dua bulan terakhir, tiga belas wabah PMK telah dilaporkan ke Pusat Nasional Kesehatan dan Pemuliaan Hewan OIE di Tripoli, Libya. Wabah pertama terjadi pada 18 Desember 2011 dan dikonfirmasi pada 31 Januari 2012. Wabah PMK tersebut menyerang sapi, domba, dan kambing di 13 wilayah geografis di Libya utara.

Sejauh ini tercatat 170 kasus pada sapi dan 3.500 pada domba. Wabah, yang disebabkan oleh virus serotipe O dan A, telah menyebabkan 51 kematian pada sapi dan sekitar 1.000 pada domba. Cara penularan utamanya diduga penyebaran virus melalui udara. Tindakan karantina hewan, vaksinasi, dan pengendalian pergerakan telah diterapkan.

* Catatan: Bulgaria melaporkan wabah terakhir mereka antara Januari dan April 2011 dan oleh karena itu, menurut rekomendasi OIE yang ditetapkan, status bebas PMK negara ini masih ditangguhkan hingga saat ini.

Penilaian ancaman ECDC bagi Uni Eropa

Risiko penularan ke manusia saat mengunjungi Libya

Dari bukti yang tersedia, risiko penularan penyakit PMK ke manusia dianggap sangat kecil dan terutama terkait dengan konsumsi susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi, atau produk daging yang tidak diolah dari hewan yang terinfeksi dan kontak langsung dengan hewan tersebut. Sebagai tindakan pencegahan umum, masyarakat disarankan agar tidak mengunjungi peternakan di daerah yang terkena PMK dan tidak mengonsumsi susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi, atau produk daging yang tidak diolah dari hewan yang terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Tindakan pencegahan setelah kembali/migrasi dari wilayah atau daerah yang terjangkit PMK, termasuk langkah yang harus dilakukan di bea cukai

Persyaratan khusus UE menetapkan langkah pencegahan untuk mengurangi risiko penyakit hewan, sebagaimana didefinisikan dalam Peraturan Komisi (EC) No 206/2009 tanggal 5 Maret 2009 tentang pemasukan kiriman pribadi produk yang berasal dari hewan ke kawasan Masyarakat Eropa dan mengubah Peraturan (EC) No 136/2004 [6].

Kesimpulan

Risiko penularan Penyakit Mulut dan Kuku ke manusia sangat terbatas pada orang yang pernah berkunjung ke negara-negara yang terkena PMK, seperti Libya, jika konsumsi susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi atau produk daging yang tidak diolah dari hewan yang terinfeksi serta kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi PMK dihindari.

Peraturan Uni Eropa harus ditegakkan untuk mengurangi risiko penularan penyakit pada hewan.

Kontak

support@ecdc.europa.eu

Referensi

Departemen Lingkungan Pangan dan Urusan Pedesaan (DEFRA), Analisis Biaya-Manfaat Strategi Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku, Diakses 20 Februari 2012, Tersedia dari: http://archive.defra.gov.uk/foodfarm/farmanimal/diseases/atoz/fmd/documents/economic- costs_report.pdf

Lembaga Keamanan Pangan Eropa (EFSA), Penilaian Risiko Penyakit Mulut dan Kuku, Jurnal EFSA. 2006; 313: 1-34. Tersedia dari: http://www.efsa.europa.eu/en/efsajournal/doc/313.pdfhttp://www.oie.int/en/international-standard- setting/terrestrial-code/access-online/

Capella GL, Penyakit kaki dan mulut pada manusia. Lancet 2001:358;1374 Tersedia di URL: http://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(01)06444-3/fulltext

Prempeh H, Smith R, Müller B. Penyakit mulut dan kuku: dampaknya bagi manusia. Dampak kesehatannya kecil, dampak ekonominya sangat besar. BMJ. 2001 Mar 10;322(7286):565-6.

Badan Perlindungan Kesehatan (HPA), Penyakit Mulut dan Kuku: Informasi umum. Diakses pada 20 Februari 2012. Tersedia dari: http://www.hpa.org.uk/Topics/InfectiousDiseases/InfectionsAZ/FootAndMouthDisease/GeneralInformation

Peraturan Komisi (EC) No 206/2009 tanggal 5 Maret 2009 tentang pemasukan kiriman pribadi produk yang berasal dari hewan ke kawasan Masyarakat Eropa dan mengubah Peraturan (EC) No 136/2004. Diakses pada 20 Februari 2012.

Tersedia dari:

http://eur-lex.europa.eu/LexUriServ/LexUriServ.do?uri=OJ:L:2009:077:0001:0019:EN:PDF

Artikel Diterjemahkan dari Bahasa Inggris

Oleh Hipyan Nopri, S.P.d., C.S.H.

Penerjemah Inggris-Indonesia

20 June 2022

Pengantar Produksi Kerbau Perah: Pemuliaan untuk Meningkatkan Produksi Susu

Heritabilitas pembagian susu pada ambing sudah stabil selama beberapa puluh tahun dan kerbau perah telah dimuliakan agar menghasilkan fraksi sisterna yang lebih besar, ukuran puting yang lebih kecil, dan laju aliran susu yang tinggi (Johansson dkk., 1952). 

Seleksi lebih lanjut diperkirakan dapat dilakukan pada kapasitas penyimpanan ambing kerbau perah. Kerbau perah diseleksi agar lebih sering menghasilkan susu, agar sesuai dengan perkembangan terbaru dalam pemerahan susu otomatis di kawasan lain seperti Eropa.

Di sejumlah negara seperti Australia dan Selandia Baru yang kerbaunya dilepas di padang rumput, kerbau diseleksi agar menghasilkan kapasitas penyimpanan ambing yang lebih besar dan interval produksi susu yang lebih lama (Knight, 2001). 

Meskipun kerbau di India telah diseleksi pada karakteristik produksi susunya, seleksi karakteristik produksi susu ini belum dilakukan dari perspektif pemerahan susu menggunakan mesin. Selain itu, terbatasnya penerapan teknik pemuliaan canggih seperti inseminasi buatan telah menghambat proses perbaikan trah kerbau (Sastry, 1983).

Perubahan dalam pemuliaan, pemberian pakan, dan cara pemeliharaan dapat menghasilkan perbaikan penting dalam kinerja produksi dan reproduksi kerbau (Sastry, 1983). Target yang jelas tetapi terabaikan adalah meneliti mengapa beranak pertama terjadi begitu lambat pada kerbau. 

Perhatian yang cermat sejak lahir hingga saat kerbau dara mencapai ukuran tubuh yang dapat dikawinkan dapat mengurangi usia beranak pertama hingga enam sampai sembilan bulan (Sastry dan Tripathi, 1988). 

Telah terbukti bahwa pemberian pakan yang seimbang dapat membuat kerbau dara mulai mengalami siklus birahi ketika kerbau dara mencapai berat badan 330 kg. Ada juga kasus di mana kerbau dara sudah melahirkan pada usia 20 hingga 24 bulan (Ganguli, 1981).

Interval beranak pada kerbau dipengaruhi oleh periode birahi yang tidak teratur dan birahi senyap serta beberapa ketidakteraturan hormon reproduksi dan kebermusiman reproduksi (reproductive seasonality). Selain itu, ada juga perkawinan musiman pada kerbau karena berkurangnya aktivitas seksual pada masa antara bulan Maret sampai Juni (Ganguli, 1981). 

Meskipun kerbau dianggap sebagai hewan ternak yang hanya kawin pada musim tertentu, ada pula penelitian yang melaporkan bahwa kerbau dapat berkembang biak sepanjang tahun jika manajemen reproduksinya baik (Rao dan Nagarcenkar, 1977; Sastry dan Tripathi, 1988). 

Dengan demikian, faktor manajemen penting yang perlu dipertimbangkan dalam meningkatkan produksi susu adalah mengelola status gizi menjelang beranak, kebersihan sebelum dan setelah beranak, manajemen pemerahan susu kerbau yang baik, pemberian pakan yang seimbang, deteksi birahi dan inseminasi buatan, mengelola stres kerbau akibat panas, dan memperbaiki kandang (Ganguli, 1981; Sastry, 1983).

Kerbau dianggap sebagai hewan ternak yang hanya kawin pada musim tertentu. Namun, ini tidak sepenuhnya benar karena kerbau adalah hewan ternak poliestral dan dapat berkembang biak sepanjang tahun. Reputasi kerbau sebagai ternak yang susah kawin disebabkan kerentanan alaminya terhadap stres lingkungan, yang menyebabkan anestrus dan sub-estrus. 

Keadaan ini menyebabkan masa antar-beranak yang lama, yang mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar bagi industri susu kerbau. Kerentanan terhadap stres panas juga memengaruhi asupan pakan dan pada gilirannya berpengaruh pada keseimbangan nutrisi, dan ini juga menghambat efisiensi reproduksi.

Kerbau Jantan

Kerbau jantan mencapai kematangan seksual pada usia dua hingga tiga tahun. Semen diproduksi sepanjang tahun tetapi sangat dipengaruhi oleh stres panas dan pakan berkualitas rendah. Kerbau tampaknya paling subur di musim semi, yaitu pada saat volume ejakulasi dan konsentrasi sperma mencapai angka tertinggi. 

Vitalitas sperma juga jauh lebih tinggi di musim semi daripada di waktu lain dalam setahun. Nilai semua karakteristik ini mencapai angka terendah di musim panas. Stres panas mungkin menimbulkan efek negatif terhadap libido.

Kerbau Betina

Kerbau betina liar atau feral (semi liar) mencapai kematangan seksual pada usia dua hingga tiga tahun. Kerbau ternak yang dipelihara dan diberi pakan yang baik dapat mencapai pubertas lebih awal. 

Pubertas sangat dipengaruhi oleh faktor cara pemeliharaan. Ukuran lebih penting daripada usia, dan kerbau Murrah dara harus memiliki berat sekitar 325 kg saat inseminasi atau dikawinkan dan 450 hingga 500 kg pada saat beranak pertamanya. 

Usia pubertas pada kerbau adalah 36 hingga 42 bulan di India. Ini relatif lambat dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Italia, di mana usia saat beranak pertama pertama rata-rata antara 28 hingga 32 bulan (Borghese dan Mazzi, 2005).

Pubertas yang lambat pada kerbau jantan dan betina adalah hal biasa di India. Ini karena kurangnya perhatian pada anak kerbau selama masa pertumbuhannya. Kerbau berpotensi mencapai pertambahan berat 400 hingga 800 g setiap hari setelah berusia sekitar empat hingga enam bulan, dan dapat mencapai berat badan 300 hingga 450 kg yang cocok untuk dikawinkan pada usia sekitar 24 bulan. 

Namun, pada sebagian besar kerbau perah, kerbau betina baru beranak pada usia empat hingga enam tahun. Hal ini terutama disebabkan oleh pasokan pakan dan nutrisi yang tidak memadai selama fase pertumbuhan (Ranjan dan Pathak, 1992).

Siklus Reproduksi Kerbau

Siklus birahi bervariasi antara 21 hingga 29 hari tergantung trah kerbaunya. Total lama birahi biasanya 24 jam tetapi bervariasi dari 12 hingga 72 jam. Tanda birahi yang paling dapat diandalkan adalah sering buang air kecil. Tanda birahi jauh kurang jelas pada kerbau dibandingkan dengan tanda birahi pada sapi.

Banyak kerbau menunjukkan birahi hanya pada malam hari sehingga sulit dideteksi. Kerbau yang sedang menyusui mungkin mengalami sedikit penurunan produksi susu saat birahi, meskipun tidak jelas seperti pada sapi. Kerbau mungkin lebih gelisah dan sulit diperah susunya (Bhikane dan Kawitkar, 2000).

Usia saat pubertas: 36 sampai 42 bulan

Lama siklus birahi: 21 hari

Lama birahi: 12 sampai 24 jam

Waktu ovulasi: 10 sampai 14 jam setelah berakhirnya birahi

Masa kesuburan maksimal: 8 jam terakhir birahi

Masa kebuntingan: 310 hari

Masa involusi rahim: 25 sampai 35 hari

Referensi

Thomas, C. Santosh. 2008. Efficient Dairy Buffalo Production. Tumba: DeLaval International AB.

04 June 2022

Pengantar Produksi Kerbau Perah: Keterbatasan Produksi Susu Kerbau

Terbatasnya penerapan program yang sistematis untuk perbaikan trah kerbau melalui pemuliaan selektif di tingkat desa telah menjadi hambatan utama dalam pengembangan produksi kerbau. Secara umum, kerbau perah dianggap efisien jika usia saat pertama kali beranak sekitar 24 sampai 30 bulan. Interval beranak harus sekitar 12 sampai 13 bulan, dengan lama laktasi sekitar 300 hari, masa kering 60 sampai 90 hari, dan produksi susu antara 6000 sampai 7000 kg per laktasi. 

Sebagai contoh, di Swedia, rata-rata susu yang dihasilkan per kerbau perah yang tercatat adalah 8.794 kg, dengan 4,1% lemak dan 3,4% protein atau 8.939 kg ECM (energy corrected milk, susu dengan penyesuaian energi, Sjaunja dkk., 1990). Usia saat beranak pertama di antara kawanan kerbau dilaporkan sekitar 29 bulan dengan interval beranak sekitar 13,2 bulan (Asosiasi Susu Swedia, 2003).

Orang bisa berpendapat bahwa kerbau memiliki karakteristik produksi dan reproduksi spesifik-spesiesnya sendiri. Pada umumnya, kerbau biasanya berumur sekitar 40 sampai 60 bulan pada saat pertama kali beranak (Ganguli, 1981). Namun, ada indikasi bahwa karakteristik produksi dapat diperbaiki. Sebagai contoh, trah kerbau Mediterania dan kerbau rawa beranak lebih cepat daripada kerbau di anak benua India (Rao dan Nagarcenkar, 1977).

Interval beranak rata-rata kerbau India dan Pakistan berkisar antara 15 hingga 18 bulan. Periode kering dilaporkan 90 hingga 150 hari untuk trah kerbau Nili-Ravi Pakistan sementara untuk kerbau Murrah berkisar antara 60 hingga 200 hari (Wahid, 1973). Lama laktasi rata-rata berkisar antara 252 sampai 270 hari. Akibat dari faktor-faktor tersebut, maka umur produktif seekor kerbau hanya 39% dari total umurnya, dibandingkan dengan 52% pada trah kerbau perah yang dikembangkan (Ganguli, 1981; Sastry, 1983).

Di sebagian besar negara penghasil susu kerbau di Asia, hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat variasi musiman yang besar dalam perkembangbiakan dan beranak pada kerbau (Ganguli, 1981). Di India dan Pakistan, 80% kerbau beranak selama bulan Juni dan Desember, sehingga menyebabkan penurunan produksi susu dari bulan Maret hingga Juni. 

Produksi mulai meningkat pada bulan Juni, dan mencapai puncaknya sekitar bulan September – Oktober sebelum menurun lagi. Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa penurunan produksi susu di awal musim panas mungkin disebabkan oleh stres panas dan kekurangan hijauan. Badan yang gelap, kerapatan kelenjar keringat yang lebih rendah, dan kulit yang tebal menyulitkan kerbau untuk berkembang biak dalam kondisi yang sangat panas dan kering.

Kerbau telah mengembangkan mekanisme bertahan hidup untuk mencari air tempat berendam dalam keadaan seperti ini, tetapi panas atau dingin yang ekstrem secara signifikan mempengaruhi produksi susu dan efisiensi reproduksi kerbau (Sastry, 1983). Selain pengaruh iklim, pakan dan manajemen yang buruk juga mempengaruhi perkembangbiakan dan produksi kerbau.

Hipyan Nopri, S.Pd., C.S.H.

Penerjemah Inggris-Indonesia

Padang Panjang, Sumatera Barat.

Rujukan:

Thomas, C. Santosh. 2008. Efficient Dairy Buffalo Production. Tumba: DeLaval International AB.

Perlu jasa penerjemah?